Artikel di Blog GPRS ini bermanfaat? Jika Anda Guru, bagikan ke murid-murid. Jika Anda Orang tua, bagikan pada anak Anda. Jika kamu pelajar, bagikan ke teman-temanmu. Caranya gampang, klik saja tombol share di bawah posting ke: email, facebook, atau twitter. Semoga menjadi amal baik bagi kita semua. Ingin bergabung di Funpage GPRS? Meluncur ke sini dan klik tombol "like". Jazakallah khoiron katsir.

Bersama Praktisi Pendidikan Tulungagung, GPRS Kecam Rencana Sosialisasi Kondom Kemenkes untuk Remaja

GPRS Tulungagung- Jumat pagi (29/6), terlihat aktivitas yang tidak biasanya di seberang kantor media Radar Tulungagung. Tepat di perempatan jalan, tampak belasan pelajar membagi-bagikan selebaran dan membawa spanduk dan atribut. Apa yang terjadi?

Setelah dikonfirmasi, ternyata kegiatan tersebut merupakan aksi Gema Pelajar Rindu Syariah (GPRS). Dikoordinasi oleh LDS HTI Tulungagung, mereka membagi-bagikan pernyataan sikap dari LDS yang intinya menolak program kampanye kondom untuk remaja yang diusung kementrian kesehatan RI.

Aksi sebar selebaran ini berlangsung sejak pukul 07.00 hingga 08.30. Dengan antusias, peserta aksi mendatangi para pengendara kendaraan yang berhenti di perempatan lampu merah. Masyarakat pun tampak antusias menyambut aksi yang dilakukan para pelajar ini, yang mungkin jarang ditemukan di kota peraih Adipura 2012 ini.
Korlap aksi, Didik, yang juga seorang guru dan pemilik bimbel di Kota Tulungagung merasa gerah dengan kebijakan Menteri Kesehatan, Nasiah Mboi. Ide sosialisasi penggunaan kondom oleh remaja itu dinilainya bukan memecahkan masalah, tetapi menciptakan masalah baru.

Sikap serupa juga disampaikan seorang guru yang ikut mendampingi aksi, Mabrur. Menurutnya, kampanye kondom ini harus ditentang keras karena bukan sebuah solusi.

“Saya yakin semua penyakit ada obatnya. Dan obat untuk HIV/AIDS itu sudah diturunkan Allah swt  berupa aturan pergaulan,” ujarnya.  Selanjutnya, guru dari sebuah sekolah dasar ini menekankan pentingnya remaja meninggalkan pergaulan bebas dan kembali pada aturan pencipta manusia berupa syariat Islam secara kaaffah. “Dan untuk bisa menerapkan aturan itu hanya bisa dilakukan dalam bingkai Negara Islam (Kekhilafahan).”

Selain diikuti para pelajar, aksi simpatik ini diikuti juga oleh beberapa orang guru pendamping. Aksi diakhiri dengan ucapan motivasi terakhir dari koordinator aksi dengan penekanan, “Ini adalah aksi pelajar rindu syariah yang akan dicatat Allah swt sebagai amal kebaikan. Sekaligus momentum bangkitnya kembali remaja muslim yang rindu pada syariat-Nya.” (Rch)